Panen Perdana Sorghum di Karawang, HKTI Dorong Pengembangan sebagai Pangan Andalan
Cari Berita

Advertisement

header ads

Panen Perdana Sorghum di Karawang, HKTI Dorong Pengembangan sebagai Pangan Andalan

Minggu, 16 Maret 2025



Karawang- Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Nasional Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (DPN HKTI), Manimbang Kahariady, menghadiri panen perdana tanaman sorghum di Sirnabaya, Kecamatan Teluk Jambe Timur, Karawang, Jawa Barat, pada Sabtu, 15 Maret 2025. 


Panen ini dilakukan di lahan perhutanan sosial dengan total luas 200 hektare. Namun direncanakan untuk tanam sorghum seluas 7 hektare. Untuk panen perdana ini dilakukan di lahan seluas 1,7 hektare dengan hasil mencapai 3,5 ton sorghum.




Panen perdana ini juga dihadiri oleh Menteri Kehutanan RI, Raja Juli Antoni, Ketua Umum DPN HKTI Fadli Zon, Ketua Umum Wanita Tani Anita Ariyani, serta Koordinator Petani Sorghum Diana Widiastuti.


Hadir pula dari Badan Pangan Nasional (Bapanas), Bappenas, serta beberapa pejabat eselon 1 dan 2 dari Kementerian Kehutanan.


Menurut Manimbang, tanaman Sorghum memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu pangan utama di Indonesia.


"Sebab, tanaman ini dapat diolah menjadi berbagai produk turunan seperti beras sorghum, tepung, kue, kecap, minyak, gula, sapu, hingga produk kosmetik," kata Manimbang.



Mantan Sekjen MN KAHMI ini menegaskan berharap anggota HKTI di seluruh Indonesia, khususnya di Jawa Barat dan Karawang, harus terus berinovasi dan mengembangkan kreativitas agar sorghum semakin dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat luas.


Menurutnya, sorghum memiliki banyak keunggulan dibandingkan tanaman pangan lainnya. Kemampuannya beradaptasi dengan berbagai jenis tanah dan kondisi iklim, serta daya tahannya terhadap ketersediaan air yang rendah, menjadikannya pilihan ideal untuk daerah yang rentan terhadap kekeringan.


Selain itu, sorghum mengandung nutrisi tinggi, termasuk protein, serat, dan mineral, sehingga dapat menjadi alternatif yang baik untuk menggantikan beras dan meningkatkan ketahanan pangan nasional.


"HKTI melihat peluang besar dalam pengembangan sorghum, tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan, tetapi juga untuk membuka peluang usaha baru bagi para petani," ujarnya.


Selain itu, lanjut Manimbang, biaya produksi yang lebih rendah dibandingkan tanaman lain membuatnya lebih ekonomis, sementara nilai jualnya yang tinggi dapat meningkatkan kesejahteraan petani.


"Oleh karena itu, saya mengajak seluruh anggota HKTI untuk berkolaborasi dengan berbagai pihak agar hasil panen sorghum dapat dinikmati oleh masyarakat luas," imbaunya.